OJEK PANGKALAN SOLO

OJEK PANGKALAN SOLO

Ojek Pangkalan telah ada sejak lama, sekitar tahun 60-70 an awal beroperasi di Jawa Tengah. Namun dengan berkembangnya teknologi, terciptalah suatu inovasi berupa Ojek Online seperti Gojek, Uber, Grab, dan lainnya. Semua itu membuat akses menjadi lebih mudah. Tak butuh waktu lama, ojek online berkembang begitu cepat. Sayangnya, hal ini mengakibatkan dampat buruk bagi ojek pangkalan. Pelanggan berkurang, bahkan ada yang sampai meninggalkan profesi itu.

Solo, saat ini tidak sedikit ojek online yang beroperasi, paling mendominasi adalah Goojek, jumlahnya sudah mencapai 6000-an. Pasalnya, baik ojek pangkalan ataupun ojek online belum ada regulasi resmi dari pemerintah. Namun, kegiatan ekonomi sudah berjalan.

Bu Endang, ketua ojek pangkalan Jalan Kabut, juga sudah pernah membahas permasalahan ojek pangkalan dan ojek online bersama rekan-rekan POSR (Paguyuban Ojek Solo Raya), pihak Goojek, polres dan juga walikota. Beliau mengatakan ada titik yang dinamakan zona merah, dimana ojek online hanya boleh menurunkan penumpang, tidak boleh mengambil. Contohnya, pangkalan ojek, stasiun, dan terminal.

Terkait masalah tersebut kami berusaha membantu ojek pangkalan di Solo khususnya pangkalan di Jalan Kabut Belakang UNS. Memang tidak banyak yang bisa kami lakukan. Kami membuat pamflet berisi promosi Ojek Jalan Kabut, kemudian kami tempel di area strategis di UNS. Mensosialisasikan melalui sosial media, khususnya teman kampus kami. Selain itu melalui website pasarmaret.com, kami berdiskusi kepada pihak pasarmaret untuk memasukan data Ojek Pangkalan Solo Raya ke web tersebut. Karena saat ini pasarmaret sendiri sudah mempromosikan ojek pangkalan di sekitar UNS.